Terima kasih atas penjelasannya yang sangat informatif, Saya akan menanggapi pertanyaan nomor 2 dari Veni, yakni mengenai alasan harus dilakukannya proses titrasi secara perlahan-lahan serta resiko yang terjadi apabila tidak dilakukan secara demikian. Jadi seperti yang diketahui bahwa tujuan dari metode ini ialah untuk penentuan kadar sulfanilamide, yang dilakukan dengan penetesan larutan baku Natrium Nitrit (NaNO2) melalui buret hinnga mencapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini dapat diketahui dengan adanya indikator, dimana pada percobaan di atas adalah indikator luar yakni kertas kanji-iodida, yang apabila diteteskan dengan larutan yang dititrasi maka akan tercipta warna biru pada kertas. Tujuan dari dilakukannya proses ini secara perlahan yakni agar titik akhir titrasi tidak terlewatkan, karena apabila titik akhir titrasi terlewatkan maka titrasi harus diulang. Kemudian disarankan pula untuk dilakukan pengujian pada kertas kanji sesering mungkin agar dapat diketahui apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam nitrimetri : Apabila digunakan indikator luar, suhu harus dibawah 15°C karena bila suhu tinggi garam diazonium akan pecah uap NO hasil tidak akurat, bila menggunakan indikator dalam suhunya tidak harus 15°C tetapi harus dijaga supaya tidak terlalu tinggi. Penetesan NaNO2 dari buret jangan terlalu cepat karena pembentukan garam diazonium memerlukan waktu yang lama. bila penetesan terlalu cepat HONO belum bereaksi dengan sampel begitu diteteskan dengan indikator luar akan menimbulkan warna biru langsung, maka hasil tidak akurat. pH harus asam karena apabila keasaman kurang maka titik akhir titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang terbentuk tidak sempurna karena garam diazonium tidak stabil pada suasana netral atau basa pemakaian KBr boleh dilakukan ataupun, tetapi ditambahkan KBr suhu harus dibawah 15°C bila menggunakan indikator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir palsu.
Saya akan menanggapi pertanyaan nomor 1 dari Veni. Titrasi dilakukan di bawah suhu 15°C karena garam diazonium itu stabilnya pada suhu di bawah 15°C. KBr digunakan untuk mempercepat reaksi diazotasi yaitu dengan menambahkan KBr pada es batu di dalam mangkok yang diletakkan di bawah labu erlenmeyer saat proses titrasi berlangsung. KBr juga bisa digunakan untuk mempertahankan suhu agar tetap pada suhu 0-15°C yang berfungsi untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap. Jika tidak ada KBr, maka boleh digunakan es batu saja tetapi memiliki kemungkinan suhu yang dihasilkan tidak stabil dan proses titrasi berlangsung lebih lama dibandingkan dengan penggunaan KBr.
Terima kasih atas penjelasannya yang sangat informatif, Saya akan menanggapi pertanyaan nomor 2 dari Veni, yakni mengenai alasan harus dilakukannya proses titrasi secara perlahan-lahan serta resiko yang terjadi apabila tidak dilakukan secara demikian. Jadi seperti yang diketahui bahwa tujuan dari metode ini ialah untuk penentuan kadar sulfanilamide, yang dilakukan dengan penetesan larutan baku Natrium Nitrit (NaNO2) melalui buret hinnga mencapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini dapat diketahui dengan adanya indikator, dimana pada percobaan di atas adalah indikator luar yakni kertas kanji-iodida, yang apabila diteteskan dengan larutan yang dititrasi maka akan tercipta warna biru pada kertas. Tujuan dari dilakukannya proses ini secara perlahan yakni agar titik akhir titrasi tidak terlewatkan, karena apabila titik akhir titrasi terlewatkan maka titrasi harus diulang. Kemudian disarankan pula untuk dilakukan pengujian pada kertas kanji sesering mungkin agar dapat diketahui apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum.
BalasHapusHal-hal yang perlu diperhatikan dalam nitrimetri :
HapusApabila digunakan indikator luar, suhu harus dibawah 15°C karena bila suhu tinggi garam diazonium akan pecah uap NO hasil tidak akurat, bila menggunakan indikator dalam suhunya tidak harus 15°C tetapi harus dijaga supaya tidak terlalu tinggi.
Penetesan NaNO2 dari buret jangan terlalu cepat karena pembentukan garam diazonium memerlukan waktu yang lama. bila penetesan terlalu cepat HONO belum bereaksi dengan sampel begitu diteteskan dengan indikator luar akan menimbulkan warna biru langsung, maka hasil tidak akurat. pH harus asam karena apabila keasaman kurang maka titik akhir titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang terbentuk tidak sempurna karena garam diazonium tidak stabil pada suasana netral atau basa pemakaian KBr boleh dilakukan ataupun, tetapi ditambahkan KBr suhu harus dibawah 15°C bila menggunakan indikator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir palsu.
Saya akan menanggapi pertanyaan nomor 1 dari Veni. Titrasi dilakukan di bawah suhu 15°C karena garam diazonium itu stabilnya pada suhu di bawah 15°C. KBr digunakan untuk mempercepat reaksi diazotasi yaitu dengan menambahkan KBr pada es batu di dalam mangkok yang diletakkan di bawah labu erlenmeyer saat proses titrasi berlangsung. KBr juga bisa digunakan untuk mempertahankan suhu agar tetap pada suhu 0-15°C yang berfungsi untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap. Jika tidak ada KBr, maka boleh digunakan es batu saja tetapi memiliki kemungkinan suhu yang dihasilkan tidak stabil dan proses titrasi berlangsung lebih lama dibandingkan dengan penggunaan KBr.
BalasHapusSaya ingin bertanya kepada veni sebagai pemateri,
BalasHapusKesalahan apa saja yang bisa terjadi pada tahapa-tahapan volumetri dengan metode diazotasi?